Berteriak



Cerita tentang penduduk di Solomon, Pasifik Selatan yang mempunyai kebiasaan unik. Yaitu meneriaki pohon. Mereka melakukannya bila menjumpai sebuah pohon yang berakar sangat kuat sehingga sulit di tebang . Maka mereka meneriakinya supaya pohon itu mati.

Setiap hari selama berjam-jam penduduk meneriaki keras-keras. Hal ini berlangsung kira-kira selama 40 hari lamanya.

Apa yang terjadi setelah masa itu, sungguh menakjubkan. Perlahan- lahan dedaunan pohon itu muali mengering. Kemudian, dahan-dahannya mulai rontok. Lama-lama pohon itu mati dan kini mudah ditebang.

Penduduk di kepulauan Solomon telah membuktikan bahwa teriakan terus menerus pada makhluk hidup tertentu, seperti mohon bisa membautnya mati karena 'rohnya' sudah meninggalkannya. Ternyata sebuah teriakan punya kekuatan. Dan teriakan negatif tentu memuat dorongan negatif pula. Dampak yang paling membahayakan yaitu mematikan.

Pernakah Anda berteriak kepada orang tua Anda, teman Anda, Adik Anda , calon pasangan hidup Anda, atau orang orang terkasih Anda lainnya?

Kepada adik-adik Anda, mungkin Anda pernah meneriakkan kata-kata ini,"Ayo cepat! Dasar lambat! Bodoh banget sich! Begitu aja nggak bisa dikerjakan?! Berisik!"

Atau mungkin Anda pun pernah berteriak balik kepada calon pasangan hidup Anda karena Anda merasa sakit hati,"Ah kamu nggak tau diri! Nggak bisa apa-apa! Aduuuuuh, kok kampungan banger sich??"

Atau teriakan guru pada anak didiknya, atasan pada bawahannya, pemimpin pada timnya," Goblook, persoalan mudah gini saja, nggak bisa! kapan kamu jadi pintar?!"

Ingatlah setiap kali Anda berteriak pada seseorang karena merasa jengkel, marah, terhina, terluka, ingatlah apa yang ditunjukan oleh penduduk kepaulauan Solomon tadi. Mereka membuktikan kepada kita bahwa setiap kita mulai berteriak . kita muali "mematikan roh" pada makhluk hidup atau orang yang kita cintai.

maka, coba untuk berhenti berteriak dan berkata kasar kepada oarang-orang di sekitar kita.


0 komentar: